oleh Arif Rahman Hakim
KEMELUT TERORISME KONTRA SILA KETUHANAN
A. Latar Belakang Masalah
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Bangsa Indonesia didalam pancasila sila pertama menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing- masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan demikian harapan terwujudnya masyarakat yang rukun dari beragam agama, suku dan kepercayaan dapat terwujud melalui ikatan Pancasila.
Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia. Sehingga tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di dalamnya. Ada pula sebagian pihak yang sudah hampir tidak mempedulikan lagi semua aturan-aturan yang dimiliki oleh Pancasila. Namun, di lain pihak muncul orang-orang yang tidak sepihak atau menolak akan adanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Oleh sebagian pihak penolakan tersebut dilakukan dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh kasus kudeta Partai Komunis Indonesia yang menginginkan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Komunis. Juga kasus kudeta DI/TII yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan sebuah negara Islam. Atau kasus yang masih hangat di telinga kita masalah pemberontakan tentara GAM. Dan yang hingga saat ini adalah kasus terorisme yang belum ada akhir.
Jika kita lihat dari kasus-kasus tersebut hal yang melatar belakangi antaralain selisih paham antara kepercayaan yang mereka anut dengan ideologi pancasila sila pertama. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menampilkan makalah yang berjudul Kemelut Terorisme Kontra Sila Ketuhanan.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah arti penting pancasila sila pertama bagi masyarakat indonesia?
2. Apakah penyebab terjadinya terorisme dipandang dari segi pancasila?
3. bagaimana seharusnya negara yang memiliki masyarakat yang berketuhanan?
C. Pendekatan
Dalam pembuatan makalah ini, pendekatan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai, nilai-nilai pancasila, pembukaan UUD, Ketetapan MPR, serta undang-undang Republik Indonesia. Pendekatan pada umumnya bersifat yuridis. Diantaranya,
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
2. Pembukaan UUD 1945: pada alenea ke tiga
3. Ketetapan MPR No IV/MPR/1999 tentang GBHN
4. Makna Sila Ke Tuhanan Yang Maha Esa
a. Tidak Memaksakan Suatu Agama & Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang MahaEsa Kapada Oranglain
b. Manusia Indonesia percaya & takwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai ajaran Agama & Kepercayaanya Masing – Masing Menurut Dasar Kemanusiaan Yang Adil & Beradab
c. Adalah Masalah Yang Menyangkut Hubungan Pribadi Manusia Dengan Tuhan Yang Maha Esa
D. PEMBAHASAN
Arti penting sila pertama
Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak- hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada martabat manusia sebagai mahluk Tuhan. Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya
Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain.
Tolenransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur Dari beberapa uraian di atas kita dapat menyimpulkan pelaksanaan Ibadah Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa antara lain:
1. Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing.
3. Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau memaksa seseorang pindah dari satu agama ke agama yang lain.
4. Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluas-luasnya kepada semua umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
5. Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penyebab terjadinya terorisme dipandang dari segi pancasila Sila Pertama
Sila pertama sebagai landasan utama hidup beragama ternodai dengan ulah para terorisme yang mengatas namakan agama. Berdalih berjihad mereka telah banyak menimbulkan ancaman dan keresahan dalam masyarakat dan pemerintah. Bahkan telah banyak manusia tak bersalah menjadi korban pengeboman. Radikalisme agama menjadi penyebab unik karena motif yang mendasari kadang bersifat tidak nyata. Beda dengan kemiskinan atau perlakuan diskriminatif yang mudah diamati. Radikalisme agama sebagian ditumbuhkan oleh cara pandang dunia para penganutnya. Menganggap bahwa dunia ini sedang dikuasi kekuatan hitam, dan sebagai utusan Tuhan mereka merasa terpanggil untuk membebaskan dunia dari cengkeraman tangan-tangan jahat.
KH Said Aqil Siroj, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya terorisme bernuansa agama adalah pemahaman yang tidak utuh terhadap suatu ajaran agama. “Islam itu bukan berisi akidah dan syariah saja, tetapi banyak aspek lain, misalnya budaya dan peradaban. Islam bukan agama yang mengajarkan kekerasan, sehingga jika terjadi kekerasan maka yang salah bukan agamanya, melainkan faktor orangnya. Islam juga tidak mengajarkan permusuhan kecuali kepada kezaliman seperti pelaku kriminalitas, koruptor, bandar narkoba, dan lainnya, Akhir dari tujuan Islam adalah al insaniyyah atau kemanusiaan,” kata alumni Universitas Ummul Qura, Arab Saudi, itu.
Jadi, tidak perlu ragu lagi untuk menyatakan bahwa tindakan para teroris adalah salah karena melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain. Hal ini berarti tidak mengamalkan nilai-nilai islam.
Penampilan Diri Sebagai Umat Beragama
Sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita harus mampu menempatkan diri dalam kehidupan sehari-hari, baik di keluarga, di lingkungan masyarakat, maupun di Negara, khususnya di negara Indonesia. Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa harus kita wujudkan dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kita mendapatkan tuntunan tingkah laku yang baik, antara lain sebagai berikut:
1. Dalam hubungannya dengan Tuhan: berdoa, bersyukur, menjalankan perintah sertamenjauhi laranganNya.
2. Dalam hubungannya dengan sesama manusia rela berkorban untuk kepentingan
orang lain untuk beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya, suka bekerja keras,hemat, dan mawasdiri.
3. Dalam hubungannya dengan alam sekitar, melestarikan alam, merawat
kehidupan alam sekitar, menjaga dan tidak merusak alam beserta isinya.
E. KESIMPULAN
Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa. Sehingga jika ideologi Pancasila diganti oleh ideologi yang berlatar belakang agama, akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat yang memeluk agama di luar agama yang dijadikan ideologi negara tersebut.
Dengan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika melaksanakannya dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang aman dan sejahtera pasti akan terwujud.
F. DAFTAR PUSTAKA
Aim Abdul Karim, Drs. M.Pd., Memahami PPKn untuk kelas I I, Bandung: Penerbit ,Ganesa Exact, 2000.
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Agama. Jakarta: PT. Gramedia. Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran Tujuh.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila dengan Kelangsungan Agama, Cet. 8. Jakarta: Pantjoran Tujuh.
Sumber Lain :